Kamis, 04 September 2014

Panduan Wirausaha Online: Dropshipper Jarang Jadi Miliarder, kecuali..

Lazada Malaysia
Sudah tahu kan beda dropshipper dengan reseller?
Inti dasarnya adalah: reseller simpan stok dropshipper gak. Biasanya dropshipper adalah kepanjangan tangan dari reseller. Mereka bertugas menjadi ‘buzzer gratis’, alias bayar kalo laku.
Dropshipper banyak kita jumpai di social media dan aplikasi chat. “<< Minat..? PM ya sis..”
Ada alasan dropshipper tak menyimpan stok, selain emang gak modal, varian produk atau ukuran sangat banyak. Riskan…!
Yang mau saya bicarakan adalah “Kenapa dropshipper jarang mencapai omzet ratusan juta perbulan atau miliaran pertahun..?”.
Pertama, kebanyakan dropshipper melakukan penjualan “Nothing To Lose”, alias gak ada resiko kalo gak terjual. Toh gak nyimpan stok.
Kedua, kebanyakan dropshipper juga melakukan pekerjaan tersebut sebagai ‘sambilan’, bukan profesi yang menggantungkan income dari situ.
Ketiga: kebanyakan dropshipper tak fokus dalam menjual produk. Ada tawaran lain? Serobot, ganti ava. Brandingnya jadi gak terbangun.
Contoh kasus:
Kenal Santi gak..? | Santi Sandal? | Bukan.. Santi Herbal..!
>> Hari ini jual herbal, besok jual sandal. Gak nyambung blek.
Kalo dropshipper sering gonta ganti KATEGORI produk yang berbeda, maka personal branding-nya gak terbangun. Sayang waktu..! Mungkin saja dia bisa jual satu atau dua, tapi sulit untuk besar. Gak percaya? Silakan investigasi.
Dropshipper yaa, bukan reseller..
Meski tidak nyimpan stok, janganlah bermindset “Nothing to Lose” . Hal ini tak menciptakan keterdesakan untuk menjual. Jika ada keuntungan lebih, biasakan simpan stok (terkontrol) untuk produk-produk yang consumable atau yakin bisa jual. Karena saat Anda punya stok, apalagi Anda juga pengguna, keyakinan Anda akan naik dan ada ‘keterdesakan’ untuk menjual.
SUKSES itu seringkali harus dipaksakan, biar dorongannya kuat.
Pepetkan diri Anda, jangan kasih pilihan untuk mundur.
Kalo stoknya gak terjual?
Mindset ‘kalau’ ini memberi alasan bagi kita untuk tidak berani melompat. Toh masih ‘kalau’.
Dulu saat mulai usaha, saya tak punya produk. Begitu ada yang menawarkan 1 macam produk untuk dijual, saya pelajari dengan serius. Karena gak ada pilihan, saya pelajari produk tersebut dengan detail, demo, data, FAQ.
Alhasil, tembus ratusan juta perbulan.
Jadi:
1.Fokus 1 kategori Produk.
2.Mindset Bagaimana Harus Laku.
3.Pepetkan dengan STOK.
Paham..?
Yuk praktekkan…

By: Jaya Setiabudi

0 komentar :

Posting Komentar

 
BLOGGER INDONESIA