Senin, 29 September 2014

Tukang Kebun Yang Sukses Jadi Eksportir Tas Jepang

Merek Robita adalah merek tas yang populer di antara para sosialita Jepang. Merek ini juga termasuk ke dalam jajaran produk fashion yang berkelas di negeri Matahari Terbit itu. Tapi adakah yang tahu kalau tas ini dibuat di Indonesia dan pengusahanya seorang bekas tukang kebun hotel di Bali?

Sunny Kamengmau namanya. Pria asal Nusa Tenggara Timur itu berujar, kalau ramuan suksesnya adalah keberanian dan kerja keras. Ramuan itulah yang juga membuat Sunny menjadi salah satu aktor utama di balik popularitas Robita di Jepang. Sunny bercerita bahwa dia mengawali kisahnya dari Kupang, NTT, pada 1994. Saat itu usianya baru 18 tahun.

Saat itu saya melarikan diri dari rumah dan tidak menyelesaikan pendidikan SMA, kata Sunny, mengawali pembicaraan. Pelariannya membawa Sunny ke Kuta, Bali. Di sebuah hotel bernama Un s Hotel, dia diterima sebagai tukang kebun. Dan dalam waktu setahun ia 'naik pangkat' menjadi petugas satpam. Profesi ini pun dijalani selama empat tahun. Yang kemudian sebuah kesempatan baik datang. Tapi kedatangannya tak seperti durian runtuh.

Selama bekerja di Un’s Hotel, Sunny getol belajar bahasa Inggris dan Jepang supaya bisa bergaul dan berkomunikasi dengan para tamu. Begitu teguh niatnya, sampai-sampai gaji pertama sebagai tukang kebun, Rp 50 ribu, sebagian dibelikan kamus bahasa Inggris.

Sunny bilang, para tamu dan keluarga pemilik Un’s Hotel adalah guru bahasanya. Kombinasi antara kemauan belajar dan sikap yang baik membuatnya bergaul akrab dengan majikan dan tamu. Antara saya dan keluarga bos, terutama anaknya Marlon ini, seperti tidak ada jarak, ujar Sunny.

Marlon, yang kebetulan ikut menemani sesi wawancara petang saat itu. Meski ayahnya memiliki hotel besar, lelaki yang satu ini memilih menjadi pengusaha peselancar profesional di Bali. Kemampuannya berbahasa Jepang mempertemukan Sunny dengan seorang tamu bernama Nobuyuki Kakizaki pada tahun 1995. Lima tahun berlalu mereka berteman sebelum akhirnya pengusaha konveksi asal Jepang itu menawari Sunny sebuah pekerjaan baru: memasok tas kulit.

Kakizaki dan perusahaannya, Real Point Inc., rupanya telah mengincar bisnis baru yang ngtrend di Jepang. Dan pada tahun 2000 akhirnya Sunny memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai satpam dan mulai menggeluti bisnis pembuatan tas kulit itu.

Prosesnya ternyata memang tak semudah yang dibayangkan. Sunny mengakui berkali-kali produk yang dibuatnya gagal. Pesanan pun nihil. Dia bahkan nyaris ditinggalkan oleh satu-satunya tenaga pembuat tas yang direkrutnya, lantaran tak ada pemasukan sama sekali.

0 komentar :

Posting Komentar

 
BLOGGER INDONESIA